Disentri merupakan penyakit yang sangat sering
kita jumpai di masyarakat. Umumnya penyakit disentri ini menyerang
masyarakat menengah ke bawah dimana tingkat pengetahuannya tentang sanitasi dan
kebersihan lingkungan sangatlah terbatas. Disentri adalah suatu
infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak di usus besar bagian
tengah yang disebut colon ditandai dengan gejala khas yang disebut
sebagai sindroma disentri, yakni: sakit di perut yang sering disertai dengan
berak-berak, dan tinja mengandung darah dan lendir. Adanya darah dan
lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri
tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya. ltulah sebabnya pada
akhir-akhir ini nama diare invasif lebih disukai oleh para ahli.
Dulu dikenal hanya dua macam disentri
berdasarkan penyebabnya, yakni disentri basiler yang disebabkan oleh Shigella
spp. dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba
histolytica. Tapi sekarang telah diketahui banyak penyebab lain berupa
parasit dan bakteri, yaitu Shigella spp., Salmonella spp.,
Campylobacter spp., Vibrio parahaemolyticus, I’leisomonas shigelloides, EIEC
(Enteriinnasive E. coil), Aeromonus spp., Entamoeba histolytica atau Giardia
lambha.
Wabah umumnya terjadi pada kelompok
homoseksual, pada kondisi “crowding”, ditempat-tempat dimana sanitasi
lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat
penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang
padat.Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim
sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari kasus,
yang sebenarnya terjadi. Shigella adalah bakteri yang dapat menginfeksi saluran
pencernaan dan menyebabkan gejala mulai dari diare, nyeri perut, muntah, dan
mual, sampai komplikasi yang lebih serius. Infeksi ini disebut Shigellosis,
terkadang dapat menghilang dalam perjalanan penyakitnya, antibiotik dapat
mempersingkat perjalanan penyakit. Shigellosis, yang paling umum terjadi dalam
musim panas, umumnya mengenai anak-anak usia 2-4 tahun, dan jarang menginfeksi
bayi kurang dari 6 bulan. Infeksi ini sangat menular dan dapat dicegah dengan
cuci tangan yang baik.
Penularan secara orofaecal dengan
ambang infeksi yang rendah dan merupakan basil yang rapuh sehingga penularannya
dapat dicegah dengan cuci tangan saja (hand washing disease). Ada
empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri,
Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada
umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S.
dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti
Indonesia. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S.
dysentriaepaling sedikit ditemukan di negara maju.
Antibiotik terpilih untuk infeksi Shigella adalah
ampisilin, kloramfenikol, sulfametoxazol-trimetoprim. Beberapa sumber lain
menyebutkan bahwa kanamisin, streptomisin dan neomisin merupakan antibiotik
yang dianjurkan untuk kasus-kasus infeksi Shigella. Masalah
resistensi kuman Shigella terhadap antibiotik dengan segala
aspeknya bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Shigella yang
resisten terhadap multiantibiotik (seperti S. dysentriae 1)
ditemukan di seluruh dunia dan sebagai akibat pemakaian antibiotika yang tidak
rasional.
Shigella adalah binatang
tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang dengan
beberapa pengecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang
lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Habitat alamiah Shigella terbatas
pada saluran pencernaan manusia dan primata lainnya dimana sejumlah spesies
menimbulkan disentri basiler.
Klasifikasi
:
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Species : Shigella dysentriae
Spesies shigella diklasifikasi menjadi empat
serogroup:
·
Serogroup A: S. dysenteriae (12 serotypes)
·
Serogroup B: S. flexneri (6 serotypes)
·
Serogroup C: S. boydii (23 serotypes)
·
Serogroup D: S. sonnei (1 serotype).
Grup A-C secara fisik serupa; S. sonnei (grup
D) dapat dibedakan berdasarkan biochemical metabolisme assays. Tiga kelompok
Shigella adalah spesies-spesies penyebab penyakit utama : S. flexneri adalah
spesies yang menyumbang 60% dari kasus-kasus di negara-negara berkembang;
S. sonnei penyebab 77% kasus di negara maju dan 15% di
negara-negara berkembang, dan S. dysenteriae biasanya merupakan penyebab dari
wabah disentri, terutama dalam populasi yang dibatasi seperti kamp pengungsian.
Gambar bakteri Shigella
Morfologi
Batang ramping, tidak berkapsul, tidak
bergerak, tidak membentuk spora, gram negatif. Bentuk cocobasil dapat terjadi
pada biakan muda. Shigella adalah fakultatif anaerob tetapi
paling baik tumbuh secara aerobic. Koloninya konveks, bulat, transparan dengan
pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2mm dalam 24 jam. Kuman ini
sering ditemukan pada perbenihan diferensial karena ketidakmampuannya meragikan
laktosa. Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks.
Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologic berbagai spesies dan
sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman
enteric lainnya. Antigen somatic O dari Shigella adalah
lipopolisakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida.
Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan
pada sifat-sifat biokimia dan antigenic.
Patogenesis dan patologi
Shigellosis disebut juga Disentri basiler .
Disentri sendiri artinya salah satu dari berbagai gangguan yang ditandai dengan
peradangan usus , terutama kolon dan disertai nyeri perut , tenesmus dan buang
air besar yang sering mengandung darah dan lender. Habitat alamiah kuman disentri
adalah usus besar manusia, dimana kuman tersebut dapat menyebabkan disentri
basiler. Infeksi Shigella praktis selalu terbatas pada saluran
pencernaan, invasi dalam darah sangat jarang. Shigella menimbulkan
penyakit yang sangat menular. Dosis infektif kurang dari 103organisme.
Proses patologik yang penting adalah invasi
epitel selaput lendir, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal
yang cenderung mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi superfisial,
perdarahan, pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus. Ini terdiri dari
fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan kuman. Waktu
proses berkurang, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk jaringan
parut.
Patofisiologi
Kemasukan hanya 200 basil Shigella dapat
mengakibatkan infeksi dan Shigella dapat bertahan terhadap keasaman sekresi
lambung selama 4 jam. Sesudah masuk melalui mulut dan mencapai usus, bakteri
invasif ini di dalam usus besar memperbanyak diri.
Shigella sebagai penyebab diare mempunyai 3
faktor virulensi yaitu :
- Dinding polisakarida sebagai antigen halus
- Kemampuan mengadakan invasi enterosit dan proliferasi
- Mengeluarkan toksin sesudah menembus sel
- Dinding polisakarida sebagai antigen halus
- Kemampuan mengadakan invasi enterosit dan proliferasi
- Mengeluarkan toksin sesudah menembus sel
Struktur kimiawi dari dinding sel tubuh bakteri
ini dapat berlaku sebagai antigen O (somatic) adalah sesuatu yang penting dalam
proses interaksi bakteri shigella dengan sel enterosit. Dupont (1972) dan
Levine (1973) mengutarakan bahwa Shigella seperti Salmonella setelah menembus
enterosit dan berkembang didalamnya sehingga menyebabkan kerusakan sel
enterosit tersebut.
Peradangan mukosa memerlukan hasil metabolit
dari kedua bakteri dan enterosit, sehingga merangsang proses endositosis
sel-sel yang bukan fagositosik untuk menarik bakteri ke dalam vakuola intrasel,
yang mana bakteri akan memperbanyak diri sehingga menyebabkan sel pecah dan
bakteri akan menyebar ke sekitarnya serta menimbulkan kerusakan mukosa usus.
Sifat invasif dan pembelahan intrasel dari bakteri ini terletak dalam plasmid
yang luas dari kromosom bakteri Shigella. Invasi bakteri ini mengakibatkan
terjadinya infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan matinya sel-sel
epitel tersebut, sehingga terjadilah tukak-tukak kecil didaerah invasi yang
menyebabkan sel-sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke
lumen usus serta akhirnya ke luar bersama tinja.
Shigella juga mengeluarkan toksin (Shiga
toksin) yang bersifat nefrotoksik, sitotoksik (mematikan sel dalam benih sel)
dan enterotoksik (merangsang sekresi usus) sehingga menyebabkan sel epithelium
mukosa usus nekrosis.
Toksin
Semua Shigella mengeluarkan
lipopolisakarida yang toksik. Endotoksin ini mungkin menambah iritasi dinding
usus. Selain itu Shigella dysentriae tipe 1 menghasilkan
eksotoksin yang tidak tahan panas yang dapat menambah gambaran klinik
neurotoksik dan enterotoksik yang nyata.
Gejala
Bakteri Shigella menghasilkan racun yang dapat
menyerang permukaan usus besar, menyebabkan pembengkakan, luka pada dinding
usus, dan diare berdarah. Keparahan diare pada Shigellosis berbeda dari diare
biasa. Pada anak-anak dengan Shigellosis, pertama kali buang air besar besar
sering dan berair. Kemudian buang air besar mungkin lebih sedikit, tetapi
terdapat darah dan lendir di dalamnya. Setelah masa inkubasi yang pendek
(1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja
yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus.
Sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan
kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung
lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus
(spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam dan diare
sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa.
Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan
kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap
menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit
berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi
terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak
melindungi terhadap reinfeksi. Gejala lain Shigellosis termasuk: nyeri
perut, demam tinggi ,hilangnya nafsu makan, mual dan muntah serta nyeri saat
buang air besar . Dalam kasus Shigellosis yang sangat parah, seseorang mungkin
mengalami kejang, kaku kuduk, sakit kepala, kelelahan, dan kebingungan.
Shigellosis juga dapat menyebabkan dehidrasi dan komplikasi lain yang jarang
terjadi, seperti radang sendi, ruam kulit, dan gagal ginjal
Penularan
Shigellosis sangat menular. Seseorang dapat
terinfeksi melalui kontak dengan sesuatu yang terkontaminasi oleh tinja dari
orang yang terinfeksi. Ini termasuk mainan, permukaan di toilet, dan bahkan
makanan yang disiapkan oleh seseorang yang terinfeksi. Misalnya, anak-anak yang
menyentuh permukaan yang terkontaminasi oleh shigella seperti toilet atau
mainan dan kemudian memasukkan jari-jari mereka di mulut maka mereka bisa
menjadi terinfeksi. Shigella bahkan dapat dibawa dan disebarkan oleh lalat yang
kontak dengan tinja yang terinfeksi.
Karena tidak membutuhkan banyak bakteri
Shigella untuk menyebabkan infeksi maka penyakit dapat menyebar dengan mudah
dalam keluarga dan penampungan anak. Bakteri mungkin juga tersebar di sumber
air di daerahdengan sanitasi yang buruk. Shigella masih dapat disebarkan dalam
4 minggu setelah gejala penyakit selesai (walaupun pengobatan antibiotik dapat
mengurangi pengeluaran bakteri Shigella di tinja).
Diagnosis
Dasar untuk menentukan diagnosis adalah dengan
memperhatikan gejala-gejala klinik dan pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik
atas tinja untuk membedakan dengan infeksi oleh kuman lain misalnya amebiasis.
Pemeriksaan darah rutin kadang didapatkan leukopenia dan apabila sudah terjadi
komplikasi HUS (Hemolytic Uremic Syndrom) maka didapatkan gambaran anemia
hemolitik dan trombositopenia. Biakan tinja sebaiknya berasal dari hapusan
rectum, akan dapat menentukan dengan pasti kuman penyebab penyakit.
Biasanya pasien datang sudah dalam keadaan
dehidrasi.
Pada infeksi akut, pemeriksaan proctoscopy menunjukkan radang mukosa usus yang difus, membengkak dan sebagian besar tertutup eksudat. Ulkus –ulkus dapat pula dijumpai, dangkal, bentuk dan ukurannya tidak teratur dan tertutup oleh eksudat yang purulen. Pada infeksi kronis, terlihat parut pada kolon, proses ulserasi tidak aktif, sedangkan gejala-gejala klinik berganti-ganti antara stadium remisi dan eksaserbasi. Pada waktu kambuh, penderita mengalami demam, diare dengan darah dan lendir serta serta eksudat seluler dalam tinja. Penderita dengan infeksi kronis, seringkali mengalami kepekaan yang berlebih terhadap beberapa macam makanan misalnya susu, sehingga menimbulkan defisiensi nutrisi.
Pada infeksi akut, pemeriksaan proctoscopy menunjukkan radang mukosa usus yang difus, membengkak dan sebagian besar tertutup eksudat. Ulkus –ulkus dapat pula dijumpai, dangkal, bentuk dan ukurannya tidak teratur dan tertutup oleh eksudat yang purulen. Pada infeksi kronis, terlihat parut pada kolon, proses ulserasi tidak aktif, sedangkan gejala-gejala klinik berganti-ganti antara stadium remisi dan eksaserbasi. Pada waktu kambuh, penderita mengalami demam, diare dengan darah dan lendir serta serta eksudat seluler dalam tinja. Penderita dengan infeksi kronis, seringkali mengalami kepekaan yang berlebih terhadap beberapa macam makanan misalnya susu, sehingga menimbulkan defisiensi nutrisi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis Shigellosis,
dokter akan mengambil sampel tinja dari penderita yang akan diuji untuk bakteri
Shigella. Tes darah dan tes lainnya juga dapat menyingkirkan kemungkinan
penyebab lain dari gejala, terutama jika anak Anda memiliki sejumlah besar
darah dalam tinja.
Beberapa kasus Shigellosis tidak memerlukan
pengobatan, tetapi antibiotik akan diberikan untuk memperpendek penyakit dan
untuk mencegah penyebaran bakteri kepada orang lain. Jika dokter memberikan
resep antibiotik sesuai diagnosis maka berikan mereka sesuai dosis. Hindari
pemberian obat bebas untuk muntah-muntah atau diare, karena mereka dapat
memperpanjang penyakit. Acetaminophen (parasetamol) dapat diberikan untuk
mengurangi demam dan membuat anak Anda lebih nyaman.
Untuk mencegah dehidrasi, ikuti petunjuk dokter
Anda tentang apa yang anak Anda harus makan dan minum. Dokter anda dapat
merekomendasikan minuman khusus yang disebut cairan rehidrasi oral, atau CRO
(seperti Pedialyte) untuk menggantikan cairan tubuh dengan cepat, terutama jika
diare telah berlangsung selama 2 atau 3 hari atau lebih.
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh
sendiri, penyakit akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk
menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi maka
dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral . Pada pasien dengan diare
berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga tidak dapat
dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi Intravena atau di infus
. umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan kehabisan cairan jika
diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati dengan
menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan
ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella telah menjadi kebal
terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan antibiotika yang
sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan. Hubungi
dokter jika mendapati tanda-tanda infeksi Shigella, termasuk diare dengan darah
atau lendir, disertai dengan sakit perut, mual dan muntah, atau demam tinggi.
Anak-anak dengan diare dapat dengan cepat
mengalami dehidrasi, yang dapat mengakibatkan komplikasi yang serius.
Tanda-tanda dehidrasi meliputi:
- Haus
- rewel
- gelisah
- penurunan kesadaran (sulit dibangunkan)
- Mulut,lidah, dan bibir kering
- Mata cekung
- Popok kering selama beberapa jam pada bayi atau jarang BAK
- rewel
- gelisah
- penurunan kesadaran (sulit dibangunkan)
- Mulut,lidah, dan bibir kering
- Mata cekung
- Popok kering selama beberapa jam pada bayi atau jarang BAK
Epidemiologi
Disentri basiler dapat ditemukan di seluruh
dunia. Disentri ini dapat terjadi di daerah yang populasinya padat tetapi
sanitasinya sangat buruk. Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi
makanan atau minuman dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya
lalat. Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang
tidak dicuci sehabis buang air besar. Shigellosis sangat endemik di daerah yang
sanitasinya sangat kurang. Biasanya 10-20% penyakit saluran pencernaan dan 50%
diare yang berdarah atau disentri dari anak-anak bisa disebabkan oleh
shigellosis. Prevalensi dari penyakit ini menurun dalam 5 tahun terakhir ini.
Shigella ditemukan di seluruh dunia. Pada tahun 1979, sebanyak 20.135 kasus
shigella telah dilaporkan oleh Centre for Disease Control. Shigella lebih
sering ditemukan selama akhir musim panas, tetapi sifat ini kurang menonjol
sebagaimana Salmonella. Negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk
dan penduduknya yang padat, penularannya sangat mudah biasanya terjadi melalui
fekal-oral. Lalat juga bisa menyebarkan kuman ini melalui feses penderita lalu
hinggap di makanan. Penyebaran juga bisa terjadi melalui benda mati, seperti
alat-alat permainan. Umumnya menginfeksi anak-anak dibawah umur 10 tahun, angka
kejadian tertinggi terdapat pada kelompok umur 1-4 tahun. Shigella hanya
ditemukan pada manusia dan beberapa jenis binatang primata. Penyebaran
shigellosis sering terjadi secara kontak orang ke orang karena dosis
infeksiusnya rendah (10-100 organisme) sudah dapat menyebabkan sakit. Pada
umumnya masa inkubasi shigellosis adalah pendek yaitu antara 24 jam sampai 4
hari.
Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah penyebaran Shigella
adalah dengan sering mencuci tangan yang bersih dengan sabun, terutama setelah
menggunakan toilet dan sebelum mereka makan. Hal ini terutama penting dalam
perawatan anak.
Jika Anda merawat anak yang mengalami diare,
cuci tangan sebelum menyentuh orang lain dan sebelum memegang makanan. (Siapa
pun dengan diare sebaiknya tidak menyiapkan makanan bagi orang lain.) Pastikan
untuk sering membersihkan dan membersihkan toilet yang digunakan oleh seseorang
dengan Shigellosis.
Popok anak dengan Shigellosis harus dibuang
dalam tong sampah yang tertutup, dan bekas popok harus dibersihkan dengan
disinfektan setelah digunakan. Anak-anak (terutama mereka yang masih
menggunakan popok) dengan Shigellosis atau dengan diare dari setiap penyebab
harus dijauhkan dari anak-anak lain. Penanganan, penyimpanan, dan persiapan
makanan juga dapat membantu mencegah infeksi Shigella. Makanan dingin harus
disimpan dingin dan makanan panas harus disimpan panas untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Selain pencegahan yang disebutkan di atas, penyakit disentri
basiler ini dapat pula dicegah dengan cara :
1. Selalu menjaga kebersihan dengan cara
mencuci tangan dengan sabun secara teratur dan teliti.
2. Mencuci sayur dan buah yang dimakan mentah.
3. Orang yang sakit disentri basiler sebaiknya
tidak menyiapkan makanan.
4. Memasak makanan sampai matang.
5. Selalu menjaga sanitasi air, makanan, maupun
udara.
6. Mengatur pembuangan sampah dengan baik.
7. Mengendalikan vector dan binatang pengerat.
Penanganan dehidrasi.
Yang perlu dihindari apabila terserang diare
adalah mencegah terjadinya dehidrasi sebab ini bisa berakibat fatal.
Tingkat keparahan dehidrasi dapat digolongkan sebagai berikut: Dehidrasi ringan
(kehilangan cairan sekitar 5% dari berat badan semula). Diare berlangsung
sekali tiap 2 jam atau lebih. Gejala lain: rasa haus, gelisah, tapi elastisitas
kulit bila dicubit masih baik dan penderita masih sadar. Dehidrasi sedang
(kehilangan cairan 5-10% dari berat badan semula). Diare semakin sering dengan
volume lebih besar. Gejala lain terasa haus, gelisah, pusing jika berubah
posisi, pernapasan terganggu, ubun-ubun dan mata cekung, elastisitas kulit
lambat. Dehidrasi berat (kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan
semula). Diare hebat disertai muntah.
Gejala lain: mengantuk, lemas, berkeringat
dingin, kulit kaki dan tangan keriput, kejang otot, pernapasan cepat dan dalam,
ubun-ubun dan mata sangat cekung, elastisitas kulit sangat lambat. Dalam
keadaan darurat, dehidrasi ringan dapat diatasi dengan memberikan cairan
elektrolit/oralit yang cukup dilarutkan dalam air minum. Bila larutan oralit
tidak tersedia, kita dapat membuat larutan gula-garam dengan komposisi 1 sendok
teh gula pasir + 1/4 sendok teh garam + 200 cc air matang hangat. Atau bisa
juga dicoba dengan air beras, air kelapa atau kaldu sayuran (tanpa lemak).
Sedangkan pada dehidrasi sedang sampai berat, dalam keadaan darurat juga
diberikan oralit sebelum dibawa ke rumah sakit.
Penderita perlu segera dilarikan ke rumah sakit
terutama kalau penderita muntah terus sehingga oralit tidak bisa masuk, tidak
kencing selama 6 jam, tinja telah bercampur darah, terus menerus diare tanpa
henti. Di rumah sakit biasanya pasien segera diberi cairan rehidrasi parenteral
seperti Ringer Laktat atau Darrow Glukosa. Oralit atau garam rehidrasi oral
tadi merupakan campuran garam dan gula dalam perbandingan mirip dengan cairan
tubuh. Larutan ini penting diberikan pada penderita diare, terutama pada
penderita anak-anak atau lansia, guna menggantikan air yang hilang akibat diare,
muntah, berkeringat.
Pasangan glukosa dan garam Na dapat diserap
baik oleh usus penderita diare. Na merupakan ion yang berfungsi allosterik
(berhubungan dengan penghambatan enzim karena bergabung dengan molekul lain),
dengan kemampuan meningkatkan pengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula
melalui membran sel. Gula dalam larutan NaCl (garam dapur) juga berkhasiat
meningkatkan penyerapan air oleh dinding usus secara kuat (sekitar 25 x lebih
banyak daripada biasanya). Takaran umum oralit, 1 bungkus oralit 200 cc
dimasukkan ke dalam 1 gelas belimbing air, diaduk sampai larut.
Oralit diberikan ke penderita sedikit demi sedikit dengan sendok, jangan sekaligus banyak. Jika penderita muntah, berikan 1 sendok oralit, tunggu 5- 10 menit, lanjutkan lagi sedikit demi sedikit. Usahakan jumlah yang diberikan 10-15 cc/kg BB/jam. Jumlah ini sesuai dengan kecepatan pengosongan lambung. Efek samping hanya dapat terjadi pada takaran terlalu tinggi atau terlalu pekat yang bisa mengakibatkan rasa kantuk, lidah bengkak, denyut jantung cepat, kulit menjadi merah.
Oralit diberikan ke penderita sedikit demi sedikit dengan sendok, jangan sekaligus banyak. Jika penderita muntah, berikan 1 sendok oralit, tunggu 5- 10 menit, lanjutkan lagi sedikit demi sedikit. Usahakan jumlah yang diberikan 10-15 cc/kg BB/jam. Jumlah ini sesuai dengan kecepatan pengosongan lambung. Efek samping hanya dapat terjadi pada takaran terlalu tinggi atau terlalu pekat yang bisa mengakibatkan rasa kantuk, lidah bengkak, denyut jantung cepat, kulit menjadi merah.
Untuk menghindari terbukanya
luka-luka usus atau perdarahan, hendaknya penderita diare beristirahat total.
Perlu juga melakukan diet makanan yang merangsang (asam, pedas) serta makanan
yang tidak mudah dicerna (berserat tinggi) dan berlemak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar