Sabtu, 21 April 2012

Dasar Penggolongan Darah



       Eritrosit atau sel darah merah memiliki permukaan yang disetting secara beragam. Pada dasarnya permukaan tersebut terdiri dari struktur protein dan karbohidrat dengan beraneka macam jenis antigen permukaan. Antigen permukaan ini disebut aglutinogen. Jumlahnya sangat banyak, lebih dari 700 buah. Antigen permukaan ini apabila berikatan dengan antibodi yang cocok dengannya, akan mengakibatkan terjadinya aglutinasi dan hemolisis dari eritrosit tersebut. Antibodi ini disebut aglutinin. Dahulunya hal ini tidak diketahui, sehingga ketika dilakukan donor darah banyak resipien yang mengalami kelainan yang berujung kepada kematian. Pada tahun 1901, Ilmuwan Australia, Karl Landsteiner akhirnya melakukan serangkaian percobaan dan menemukan penggolongan darah yang saat ini sudah dikenal luas yaitu Sistem ABO. Selanjutnya pada tahun 1923 Karl Landsteiner dengan rekannya Alexander S.Wienner menemukan sistem Rhesus.
Dasar penggolongan pada sistem ABO dan Rhesus sebenarnya sama, yakni presentasi antigen permukaan yang terdapat di eritrosit. Di dalam tubuh kita, Allah swt telah menciptakan aglutinogen dan aglutinin eritrosit yang berbeda sehingga tidak menimbulkan autolisis. 
Untuk sistem ABO, rinciannya adalah sebagai berikut:
  • Golongan darah A: memiliki aglutinogen A dan aglutinin anti-B
  • Golongan darah B: memiliki aglutinogen B dan aglutinin anti-A
  • Golongan darah AB: memiliki aglutinogen A dan B, dan tidak mempunyai aglutinin
  • Golongan darah O: tidak memiliki aglutinogen, dan aglutininnya anti-A dan anti-B





       Untuk ABO, aglutininnya adalah antibodi Ig-M. Struktur molekulnya relatif besar. Sehingga pada ibu dan anak yang dikandungnya, tidak akan terjadi ABO inkompatibiliti fetal atau maternal, karena antibodi Ig-M janin maupun ibu tidak akan lewat di sawar plasenta karena ukurannya yang lebih besar.
Aglutiongen ABO ini diturunkan dari orang tua secara genetik, sesuai dengan hukum Mendel. Sistem ABO diatur oleh sebuah gen, yang terdiri dari 3 macam alel, IA, IB, dan I0, dimana IA dan IB adalah alel yang dominan. Rinciannya sebagai berikut:
  • Golongan darah A: memiliki gen IAIA atau IAI0
  • Golongan darah B: memiliki gen IBIB atau IBI0
  • Golongan darah AB: memiliki gen IAIB
  • Golongan darah O: memiliki gen I0I0

          Golongan darah A sekarang ini telah terbagi menjadi dua golongan akibat mutasi gen, yaitu A1 dan A2. A1 adalah golongan A yang mana antigen A-nya bereaksi kuat dengan antibodi anti-A, sedangkan A2 adalah golongan A yang antigen A-nya bereaksi lemah dengan antibodi anti-A, sehingga jika di tes golongan darahnya dengan antisera (antibodi buatan) sering disangka golongan O padahal dia A, atau B padahal dia AB. Untuk itu diperlukan antisera anti AB untuk membedakan keduanya.
Untuk sistem Rhesus, penggolongannya dibedakan menjadi dua, positif atau negatif. 
  • Rhesus positif : memiliki aglutinogen Rh pada eritrositnya, tanpa aglutinin anti-Rh / anti-D.
  • Rhesus negatif: tidak ada aglutinogen Rh, tapi pada 90% orang ada aglutinin anti-Rh / anti-D.
       Prinsipnya sama dengan ABO, akan tetapi pada penggolongan Rhesus ini, antibodi anti-D itu adalah golongan dari antibodi IgG yang ukurannya relatif lebih kecil dan bisa melewati sawar darah plasenta, sehingga memungkinkan terjadinya inkompatibilitas pada ibu yang Rhnya negatif dengan janinnya yang Rh positif (eritroblastosis fetalis). Akan tetapi sensitisasi antibodi ini baru akan menghasilkan reaksi untuk pemaparan antigen Rh untuk kedua kalinya, sehingga eritroblastosis fetalis baru akan terjadi pada janin kedua dari ibu Rh negatif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar